Aku ingat sekali sejak kecil aku memang sudah sangat suka membaca. Kata nenekku dulu, setiap kali aku diajak keluar, aku akan membaca semua tulisan yang ku lihat, dimana pun itu. Di palang pintu, Banner toko,  rambu lalu lintas tanpa terkecuali. Selain itu aku juga ingat dulu setiap kali aku berlibur ke Jakarta naik kereta, aku akan membawa sebuah buku dan pensil. Kemudian aku akan meminta duduk dipinggir jendela dan menggambar pemandangan yang kulihat.

Sumber gambar : https://id.pinterest.com/pin/588916088759458332/

Saat duduk di bangku SMP, aku sudah senang sekali menulis puisi dan cerpen dibuku tulis. Meskipun tak pernah ada yang membaca. Sampai pada saat SMA, aku menampilkan pertunjukan teater karyaku sendiri. Saat itu semua orang menyukai peranku sebagai juragan tanah yang punya istri banyak, dan sejak itu aku disebut siganteng karena karakterku itu.

Saat itu aku ingin menjadi seorang penulis terkenal seperti seorang raditya dika, iya komika itu. Karena lewat tulisannya aku merasa bisa menertawakan dukaku selama ini, bisa melihat rasa sakit dari sisi yang berbeda. Dan aku tau bahwa setiap rasa yang aku alami dalam hidup adalah sebuah asset untuk seorang penulis, karena ketika kita telah merasakannya, kita dapat menjelaskannya dengan lebih baik.

Namun, harapan itu mulai sirna ketika aku memasuki bangku kuliah. Aku ingin sekali sekolah sastara Indonesia tentu untuk menunjang mimpiku itu, namun sayangnya kedua orang tuaku bilang, “Mau jadi apa kamu sekolah sastra?”. Dan akhirnya aku menempuh pendidikan dibidang  Administrasi Perkantoran.

Dan sejak berkuliah sambil bekerja, aku tetap menulis. Menulis cerpen dan puisi di sosial media, bahkan aku menuliskan ceritaku sendiri di facebook saat itu.

Ada banyak hal yang terlewati, ada banyak hal yang harus ku tangani. Sehingga semua mimpi itu perlahan terkubur, sampai aku bertemu calon suamiku, menikah dan sampai sekarang aku memiliki anak.

Tapi setelah berhenti bekerja dikantor, dan memiliki waktu tenangku lagi. Aku kembali menulis blog, bukan untuk mencari penghasilan. Tapi untuk menyalurkan hobiku, menyalurkan hasrat dan keinginanku untuk menulis.

Dan sampai pada akhirnya sekarang aku mendapatkan penghasilan dari menulis.

Mungkin, butuh jalan yang berputar untuk sampai tujuan. Tapi aku sadar bahwa setidaknya selama ini aku tidak pernah berhenti melangkah, tidak pernah berhenti berharap dan tidak pernah menyerah pada mimpiku.

Sekarang kalau ditanya apakah  kamu memilih keluarga atau cita-citamu ? aku akan menjawab keduanya. Karena memang selama ini aku berusaha menjalani keduanya. Ada banyak halangan, ada banyak rasa lelah yang ku rasakan daripada biasanya, tapi aku tau aku bahagia menjalaninya.

Kalau kalian sendiri bagaimana ?. apakah kalian juga memiliki mimpi yang ingin diraih saat ini ?.

Atau bahkan kalian sedang menjalani mimpi yang diingini.

 

Apapun itu, aku berharap kalian tidak meninggalkan mimpi itu dibelakang.

Teruslah genggam meskipun rasanya membuang-buang ruang untuk sesuatu yang terkesan mustahil, mungkin.

Lakukan hal hal kecil yang bisa kalian lakukan untuk mimpi kalian.

Konsistenlah, berdoa, berfikiran positif, bayangkan kalau mimpi kalian benar-benar terwujud.

Sembari meniti hari yang mungkin tak selamanya sesuai yang diingini.

 

Percayalah, suatu hari nanti mimpi itu akan terwujud.

Mungkin karena doamu,

Mungkin karena hal-hal kecil yang kamu lakukan secara konsisten.

Mungkin  juga karena semesta menggiring mimpimu kehadapanmu kemudian.

 

Setidaknya, jangan menyerah. Dan teruslah bermimpi.

 

Baca Juga