Berbicara mengenai psikolog rasanya zaman sekarang sedikit lebih mudah daripada beberapa tahun belakangan. Isu mental health sekarang sudah semakin kencang disuarakan oleh berbagai pihak, dan aku juga termasuk orang yang perduli tentang isu ini.

Namun, ditengah melimpahnya informasi yang didapatkan tentang mental health terkadang kita juga suka “sok tau” dengan mendiagnosis diri kita sendiri. Saat membaca artikel tentang anxienty, kita merasa bahwa kita memilki ciri-ciri yang sama dengan gelajanya. Kita merasa bahwa kita sakit, dan kemudian lama-lama kita meyakini bahwa kita sakit.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan mencoba mencari tau apakah kita mengalami gangguan mental, mungkin ya kehidupan kita sangat berat dan rasanya lelah untuk menjalani hidup. Mungkin ya terkadang kita merasa berada dalam titik terendah dalam hidup, mungkin ya terkedang kita merasa mood swing dan temperamental. Dan bisa jadi ciri-ciri yang disebutkan ketika seseorang memiliki gangguan mental atau mental issue health ada didiri kita. Tapi percaya deh, HINDARI MENDIAGNOSIS DIRI SENDIRI.

Dalam bukunya Dr. Ibrahim Elfikri mengatakan bahwa “Pikiran dapat Melahirkan Mindset”. Mindset adalah sekumpulan pikiran yang terjadi berkali-kali di berbagai tempat dan waktu serta diperkuat dengan keyakinan dan proeksi sehingga menjadi kenyataan yang dapat dipastikan di setiap tempat dan waktu yang sama.

Segala sesuatu dalam hidup ini terbentuk dari mindset, dan mindset terbentuk dari pikiran tertentu yang terjadi berkali-kali dan hasilya digunakan dalam kehidupan.

Simplenya, misal kita mendiagnosa diri kita sendiri mengalami Bipolar, karena sering berubah-ubah mood dalam fase yang panjang. Kemudian kita meyakini bahwa kita mengidap bipolar, mungkin saat sedang fase sedih kita akan mengaggap ini bagian dari penyakit tersebut. Pikiran-pikiran sejenis dan negative mulai berkumpul dan membuat kita mengalami penyakit psikosomatis. Dan semakin menambah keyakinan bahwa kita mengidap penyakit tersebut.

Dulu, aku pun salah satu diantaranya. Aku memang suka sekali membaca buku tentang personality development dan termasuk orang yang sangat suka juga dengan konten sejenis. Sampai suatu hari ketika aku memiliki masalah yang cukup serius dan durasinya cukup lama, aku menemukan gejala penyakit axiety didiriku. Dan tentu, merasa cukup tau aku self diagnosis. Merasa bahwa aku memang punya gangguan kecemasan.

  • Suka cek kompor berkali kali sebelum pergi
  • Cek kunci pintu berkali kali sebelum tidur
  • Gemetar dan sesak nafas saat menemukan hal yang tidak diinginkan atau mendadak
  • Suka overthinking setiap hari
  • Terkadang setelah mengobrol dengan orang lain aku juga kefikiran apa yang aku obrolin

Dan sumpah semua gejala ini rasanya menganggu banget dan bikin hidup enggak nyaman.

Sampai akhirnya aku disatu titik dimana aku merasa bahwa aku harus ke psikolog atau psikiater. Karena sudah timbul gejala lain yang tidak aku inginkan.

Tapi sayangnya setelah berkonsultasi ke psikolog dan menceritakan semua masalah aku, gejala yang aku alami dan sebagainya hasilnya tidak sesuai dugaanku, psikolog bilang aku tidak apa-apa Cuma depresi atau dalam tekanan dalam waktu yang lama. Ketika tekanan itu hilang, aku bisa kembali seperti semula. Bahkan dia merasa sebaiknya, pemicuku stresskulah yang harus datang ke psikolog. Padahal dari kacamataku, dia terlihat baik, sehat, tidak ada masalah, tidak terlihat stress dan happy sekali hidupnya. Kenapa malah pelaku yang harus datang ke psikolog ?.

Butuh waktu lama untukku menerima ini, menerima bahwa aku baik-baik saja. Sementara selama ini aku mendiagnosis diriku mengalami Anxienty.

Karena masih tidak yakin dengan hasil dari psikolog pertama, aku mencoba metode konseling yang lain yaitu melalui chat. Kali ini aku lebih terstruktur dan menceritakan gejala dan gangguan yang aku alami, lengkap dan runut.

Psikolog juga bertanya bagaimana cara aku mengatasinya, lalu aku ceritakan juga bagaimana perjuanganku mengatasi pikiran negatifku selama ini. Dan psikolognya tidak melakukan diagnosis apapun, hanya menyuruhku tetap melakukan apa yang sudah aku lakukan selama ini. bagus katanya…

Lagi-lagi kecewa…

Tapi perlahan saat masalah mengurai, dan keadaan lebih baik. Aku merasa bahwa aku tidak separah dulu, padahal tidak ada obat yang dikonsumsi, rutinitas setiap hari juga sama. Tapi tingkat stressku jauh lebih rendah, fikiran negative sekarang jauh lebih bisa dikontrol, dan aku tidak punya keinginan untuk melepaskan amarahku dengan dalih “aku anxienty”.

Terkadang sesuatu yang kita percaya, bisa sangat berbahaya dalam hidup. Karena keyakinan kita terhadap satu hal bisa menjadi persepsi dalam pemikiran kita dalam memandang hidup.

Jadi please, HINDARI MENDIAGNOSIS DIRI SENDIRI.


Pengalaman Konsultasi Ke Psikolog

Jadi setelah survey dokter yang aku inginkan dan mencari tahu biayanya, aku memutuskan untuk datang ke RS. Satya Negara. Selain karena lokasinya yang tidak terlalu jauh dari rumah, biaya konsultasi dengan dokternya pun relative terjangkau.

Hari ini setelah membuat janji, aku datang seperti biasa dengan perasaan tidak karuan. Setelah melakukan pendaftaran, pasien juga akan diminta  riwayat kesehatan medisnya dan melakukan tensi darah.

Hari itu memang sepertinya tidak ramai, tapi ruang konseling sepertinya terisi. Jadi aku menunggu cukup lama. Sebenarnya ada batasan sesi konsultasi antara 1 -2 jam perorang. Awalnya aku fikir, lama amat ngapain ya. Setelah benar-benar masuk kedalam dan bertemu dokter, aku sendiri menghabiskan waktu 1,5 jam sekedar untuk bercerita.

Pengalaman aku bertemu psikolog tak semengerikan yang aku rasakan, psikolog lebih banyak mendengarkan ceritaku, kemudian tanpa menghakimi mereka memberikan pandangan dari sisi medis dan psikologi.

Kebanyakan malah aku yang berbicara selama 1,5 jam itu, mirip dengan ngobrol dengan sahabat sendiri, nyaman tapi bedanya teman kita ini sambil mencatat dan memberikan pandangannya dari sisi yang sangat sangat bijak.

Tidak ada penghakiman dalam sesi konsultasi dan tidak ada vonis apapun untuk aku. Katanya aku Cuma mengalami depresi dan masalah yang belum terselesaikan. Psikolog juga menyarankan beberapa hal yang aku lakukan untuk masalahku.

Setelah sesi konsultasi aku hanya tinggal ke kasir untuk melakukan pembayaran, karena aku tidak mendapatkan obat jadi yang aku banyarkan hanya biaya konsultasi dan pendaftarannya sebesar Rp. 325.00. Mahal atau tidaknya biaya konsultasi tergantung cara pandang kalian ya, apakah harga itu sesuai atau lebih murah daripada ketenangan hidup yang didapatkan. itu kembali ke diri kalian masing masing.

Awalnya aku fikir, yah gitu doang. Tanpa obat gimana kalau kambuh lagi overthinkingnya, tapi jujur aku pribadi setelah konsultasi hati jadi terasa lebih tenang. Selain itu aku juga bisa melihat sisi lain dari masalahku selama ini, bisa melihat bahwa kesalahan yang selama ini aku limpahkan ke orang lain karena memang atas perbuatannya ternyata juga terdapat kesalahanku juga yang secara tidak langsung mendorong pelaku berbuat seperti itu.

Antara lega tapi masih berfikir.

Tapi setidaknya aku tau aku tidak apa-apa, selama ini aku hanya berfikir aku sakit. Dan terus mensugesti diri bahwa aku sakit. Padahal nyatanya aku baik baik saja. Stress itu memang pasti ditemukan disetiap orang, tapi tergantung bagaimana kita bisa mengelolanya.


Oh ya aku mau sharing beberapa psikolog  Di Jakarta Utara yang sempat aku survey sebelumnya. Semoga bisa jadi referensi untuk kalian yang sedang mencari psikolog dengan harga yang lumayan terjangkau.

Dari beberapa informasi yang aku baca juga saat ini di puskesmas juga sudah ada layanan kesehatan jiwa, bisa menggunakan BPJS. Tapi sayangnya tidak semua puskesmas menyediakan layanan ini.

  • RS. SATYA NEGARA Rp. 350.000 -  450.000 / sesi
  • RS. MITRA KELUARGA KELAPA GADING Rp. 500.000 – 650.000/sesi
  • RS. ST.CAROLUS Rp. 400.000 – Rp. 500.000/ sesi
  • PUSKESMAS – menggunakan BPJS Gratis

Terimakasih sudah membaca postingan ini, aku berdoa untuk kalian yang sedang berjuang untuk tetap hidup semoga diberikan kekuatan dan kesehatan. Aku tau hidup ini tidak mudah, tapi kalian tidak sendiri. Silahkan cerita dikolom komentar jika kalian punya keluhan atau pertanyaan, mungkin tidak akan banyak membantu tapi setidaknya dapat meringankan sedikit beban dikepala setelah bercerita. Salam.


Baca Juga