Tidak, Terimakasih !! aku menunggu pertolongan Tuhan
Kalau aku bilang hidup ini sulit, mungkin banyak orang yang setuju. Bahkan orang kaya raya yang terlihat tidak pernah pusing memikirkan apa-apa dalam hidup pun rasanya akan setuju. Meskipun mungkin tingkat kesulitan yang dialami berbeda.
Ada yang mungkin sulit dalam ekonomi, ada yang kesulitan
dalam belajar, ada juga yang kesulitan dalam urusan rumah tangga, semua yang
hidup di dunia ini tidak ada yang pernah kekal dalam sebuah perasaan
setidaknya.
Anak sultan Rayanza dan Rafatar misalnya, meskipun
kehidupannya bergelimang berbagai fasilitas tapi bukan berarti tidak pernah
merasa sedih kan. Apalagi aku …..
Meskipun tidak mengklaim diri sendiri sebagai mahluk paling
banyak cobaannya didunia ini, tapi aku bersyukur atas ritme kehidupan yang
Allah berikan ini. Ternyata selalu bahagia juga bisa membosankan, dan Susah
terus juga bisa depresi. Jadi Alhamdulillah aku masih diberikan perhatian
dimana aku diberikan cobaan yang masyallah nikmat, tapi terkadang setelahnya
nikmat yang aku rasakan juga jauh lebih nikmat.
Aku pernah membaca sebuah artikel atau buku, ditulisan
tersebut menceritakan seorang lelaki yang ada didalam kapal yang sedang
tenggelam. Saat itu dia berdoa kepada Tuhan,
“ Tuhan, tolong selamatkan aku” katanya
Tapi kemudian taka da jawaban apapun, selang beberapa lama
seorang nelayan datang dan hendak menolongnya. Tapi lantas lelaki itu menolak,
dan berkata “ Aku menunggu pertolongan
Tuhan”.
Sampai akhirnya kemudian dia mati tenggelam.
Saat di akhirat dia ditanya oleh malaikat, kenapa dia
meninggal
“ Aku mati tenggelam” katanya “ Aku telah berdoa dan meminta
pertolongan Tuhan, tapi tak ada jawaban”.
Malaikat dengan lembut berkata “ Nelayan yang tempo hari kau
tolak bantuannya adalah pertolongan Tuhan”.
Sang lelakipun terdiam,
Dari kisah ini aku sendiri merasa tertampar, karena memang
terkadang untuk aku pribadi yang punya sedikit masalah “kepercayaan” dengan
orang lain, menerima bantuan dari orang lain saat masa sulit membuat aku kadang
memiliki pemikiran yang aneh.
“ Jangan-jangan dia nanti ….” Ada sajalah…
Meskipun faktanya, kebanyakan orang saat memiliki masalah,
maunya cepat-cepat dibantu dan ingin jalan keluar yang instant. Entah bagaimana
nanti urusannya dengan orang ini terserah, yang penting selamat dulu dari
masalah yang sedang dihadapi.
Banyak orang seperti ini, aku juga begitu dulu. Sampai
akhirnya dititik sadar bahwa tidak semua yang menawarkan pertolongan adalah
“Kaki Tangan Tuhan”.
Memilih Dahan kayu daripada Rumput Saat terbawa Arus
Pada tahun 2017 atau 2018 aku lupa, tahun itu adalah titik
balik aku sebagai seorang muslim. Sebelumnya aku sempat berhiijab. Tapi
kemudian entah karena godaan apa aku kembali menanggalkan hijab.
Semoga Allah mengampuni kekhilafan aku saat itu.
Hari itu tepat hari ulang tahun aku, aku ingin berhijab
lagi. Meskipun saat itu berstatus sudah jadi istri tentunya semua yang aku
lakukan juga harus persetujuan suami, jadi kuutarakan maksudku berhijab. Waktu
itu, paksu belum ridha.
Katanya aku masih muda, nanti sajalah berhijab saat tua.
Tapi dalam hati aku terus menolak, teringat ceramah ustad Khalid Basalamah
tentang bagaiamana wanita yang mati kemudian berlum berhijab membuat ku
menangis berhari-hari.
Jadi hari itu, dengan tekad yang bulat. Aku bismillah
berhijab, dalam hati terserah jika suami melarang. Mendahulukan perintah Allah
daripada keinginan manusia. Sambil berdoa semoga Allah membukakan pintu hati
paksuami.
Jadi hari itu, setelah beres-beres rumah dan menyuapi si
kakak aku pergi ke ceramah pengajian ustad Khalid yang jaraknya lumayan jauh
dari rumah. Hari itu aku ingat hari jumat, tukang sampah berkumpul didepan
rumah karena menunggu mobil sampah datang.
Aku tak memiliki firasat buruk sedikitpun. Karena memang setiap
minggu didepan rumah selalu seperti ini, mereka juga baik terkadang
membersihkan area depan rumah yang sudah diduduki kadang aku juga sesekali
memberikan minum air putih dingin. Jadi
bismillah, aku mengunci pintu dan berjalan menunggu gojek agak disebrang jalan
dengan kakak.
Pulangnya, hari itu aku sengaja menggunakan busway. Karena
kakak ingin sekali menaiki buss tayo katanya. Saat turun di pasar ular permai,
entah kenapa hasrat hati ingin berkeliling sebentar. Barangkali ada barang yang
bagus, dalam hati.
Setelah pulang, aku kaget saat pintu gerbang rumah sudah
terbuka. Saat masuk kedalam rumahpun rumah sudah dalam keadaan berantakan.
Lemari terbuka … dan sudah kuduga aku kemalingan.
Kamera yang baru dibeli, uang kontrakan dan emas hilang
semua raib tak tersisa.
Hanya laptop butut bekas kuliahku dulu yang ada, itupun
tertindih karena ada dibawah tumpukan buku mewarnai kakak.
Saat itu, aku lemas…. Lunglai… dan entah apa lagi rasanya.
Bahkan saat ini mengingat pristiwa itu saja membuat jantungku rasanya turun…
Ya Allah, saat itu aku berniat jadi lebih baik. Saat itu
pula aku diuji dengan kesungguhanku.
Hal positif yang bisa aku ambil saat itu adalah, untung aku
tidak pulang saat maling itu masih didalam rumah. Kalau tidak, aku dan kakak
bisa saja disakiti atau bahkan dibunuh.
Alhamdulillah, aku dan kakak masih selamat. Meskipun trauma menghantui sepanjang
kehidupan aku akhirnya.
***
Selang beberapa jam kemudian, beberapa keluarga dan kerabat dekat
menjenguk. Hari itu karena aku juga ulang tahun rencananya mereka ingin
meberikan surprise tapi sayangnya aku yang sudah di surprise dengan kejadiaan
ini.
Kemudian, seorang kerabatku menyarankan untuk datang ke
orang pintar didaerah semper. Katanya beliau tau dan bisa menjampi-jampi si
pencuri supaya mengembalikan barang curiannya. Saudaranya pernah seperti itu,
KATANYA.
Tapi meskipun orang jawa asli tulen yang pulen, aku
benar-benar tidak ingin percaya dengan hal-hal seperti itu walaupun aku tau
kadang memang benar. Tapi sekarang ini tidak sedikit juga orang yang sok pintar
memanfaatkan kepercayaan dan kebodohan orang lain untuk meraup keuntungannya
sendiri.
Jadi saran itu kutolak, aku pasrah saja pada setiap
ketetapan Allah, dan kuanggap itu ujian pertama dari ikrarku berhijab dan
berhijrah.
Beberapa hari kemudian, kerabat datang lagi sambil membawa
garam kasar. Katanya beliau dari orang pintar yang kemarin dibicarkan. Orang
pintar itu bilang, pencuri itu rumahnya tidak jauh dari rumahku. TOK CUMA ITU.
Dalam hati, kalau itu aku juga tau soalnya siapa lagi yang
tau aku pergi kalau bukan orang orang dekat rumah. Bisa saja para pemuda yang
saat itu mengantri sampah didepan rumah, bukan bermaksud menuduh tapi realistis
sajalah.
Tapi yasudahlah…. Qodarullah.. semua terjadi atas izin Allah
Kerabatku kemudian menaruh garam dilaci lemari, katanya ini
pesan dari si orang pintar. Aku sulit menolak karena beliau jauh lebih tua
daripada aku. Tapi aku juga tidak ingin mengecewakan bantuannya yang sudah
jauh-jauh datang dan repot ke orang pintar tanpa meminta uang sepeserpun
dariku. Jadi biarlah dia lakukan keyakinannya, tanpa merusak keyakinanku.
1 Tahun kemudian…
Aku pindah, membeli rumah baru yang insyallah lebih nyaman.
Mendapatkan lingkungan tetangga yang lebih baik dan care terhadap tetangga, dan
mendapatkan kamera baru.
Laptop butut yang tersisa waktu itu, akhirnya menjadi modal
awalku serius menulis blog. Dan inilah aku sekarang.
Kalau ditanya apa pertolongan Allah, aku bingung
menjawabnya. Karena banyak sekali pertolongan yang datang sampai tak bisa
terhitung.
Ketika dimudakan menjual rumah, itu juga sebuah pertolongan.
Ketika dimudakan membangun rumah, rizki yang terus mengalir
padahal saat pembangunan uang kita saat itu ngepres, itu juga sebuah
pertolongan.
Mendapatkan mertua yang masyallah mau membantu meminjamkan
uang untuk anaknya, itu juga termasuk pertolongan Allah dalam menggerakkan hati
manusia.
Banyak sekali…..
Sampai dititik ini dimana aku bisa menulis blog dirumah yang
nyaman, bercerita tentang kejadian ini.
ini adalah titik balik yang membuat aku sadar bahwa, Allah itu maha
baik.
Aku tidak bilang kalau mereka yang hendak menolongku saat
aku kemalingan dengan cara memanggil orang pintar itu bukan sebuah pertolongan.
BUKAN
Niat mereka tentu baik, tapi aku yang mungkin cara mereka
yang salah dalam pemahamanku. Mungkin masih banyak juga sih orang yang percaya
dan memakainya, ya itu hak mereka sesuai dengan pemahaman mereka.
Aku sadar bahwa, dalam setiap permasalahan kita pasti
memiliki opsi pilihan jalan keluar yang mungkin tidak selamanya benar. Dan
terkadang, dalam keadaan sulit kita asal memilih opsi tersebut karena ingin
cepat keluar dari permasalahan, meskipun kadang pilihan itu tidak baik.
Ternyata, bukan Cuma Tuhan yang menawarkan bantuan. Iblis
pun sama, menawarkan bantuan yang sifatnya bahkan lebih instan dan dosanya
terlihat samar sehingga kita kadang terbuai. Sedikit demi sedikit melangkah
mengikuti nafsu hanya demi keselamatan sesaat.
Dan kemudian berakhir dititik dimana kita lupa, jalan pulang
yang benar.
Sulit Menilai Kalau Itu Salah, Ketika Kesalahan menjadi seragam
Tahun ini kakak sudah masuk sekolah dasar, Tahun kemarin
sengaja aku daftarkan kakak sekolah karena sudah 1 tahun dirumah. Aku juga
memilih sekolah negri karena keuangan yang saat itu belum memadai untuk masuk
sekolah swasta yang diinginkan, bisa sih sekolah swasta biasa. Tapi buat apalah
kalau pelajarannya sama dan ilmu agamnya juga kurang.
Jadi aku dan suami sepakat mendaftarkan sekolah negri, tapi
karena umurnya yang belum 7 tahun waktu itu kakak dapat sekolah yang jauh dari
rumah.
Perjalanan bolak-balik sekolah ke rumah butuh wawktu sekitar
45 menit – 60 menit. Lumayan lelah, tapi itu juga bagian dari konsekuensi yang
dipilih.
Setelah bagi raport kemarin, kami akhirnya berencana
memindahkan kakak ke sekolah dekat rumah. Jadi kami mulai mencari-cari bangku
kosong disekitar rumah.
Sayangnya, sepertinya keinginan kami pindah sekolah harus
diredam beberapa bulan lagi menunggu kenaikan kelas. Karena disetiap sekolah
jarang sekali ada bangku kosong, kalaupun ada buru-buru penuh padahal jadwal
tes baru tanggal 17 januari ini.
Karena keputusan sekolah soal bangku kosong ini tidak online
seperti sistem penerimaan siswa baru, aku faham kalau banyak permainan oknum
didalamnya.
Saat itu aku sudah bilang ke paksu, kalau aku masih sanggup
untuk antar jemput kakak kok jadi yasudah kalau tidak bisa pindah pun “enggak
masalah”. Itu kan konsekuensi dari awal.
Tapi kemudian, ada seorang Oknum yang menawarkan masuk ke
sekolah asalkan membayar sejumlah uang yang dirasa pantas untuknya tapi tidak
menyebutkan nominal. Dan kalau dirasa pantas akan dihubungi.
Menggiurkan ?... Banget….
Kalau boleh jujur, anggaplah dia minta 1 juta. Insyallah aku
dan suami masih sanggup membayar. Dapat sekolah lebih dekat, hemat waktu, hemat
uang bensin. Uangnya juga terjangkau…
Paksu sudah semangat, beliau sudah mau bilang iya tapi masih
menunggu pendapatku.
Kalau boleh bilang, sebenarnya aku PENGEN BILANG IYA.
Pertama memudahkan pekerjaanku, kedua juga uangnya juga sanggup dan mampu dan
enggak perlu sampai berhutang sana-sini.
Tapi kok dengan semua kemudahan yang bisa aku dapatkan aku
ENGGAK SREK ya. Selain karena memang tidak suka budaya orang Indonesia yang
nyogok –nyogok. Aku juga ingat ceramah salah satu ustad yang bilang saat masuk
kerja nyogok uang gajinya itu haram.
Takut, kalau nanti niat menyekolahkan anak karena ingin
pintar dan soleh malah
jadi tidak berkah karena hasil nyogok itu tadi. Merampas hak orang yang
seharusnya lebih berhak.
Dalam hati konflik, bantuan oknum yang ditawarkan juga
sangat menggiurkan. Tapi bagaimana bisa aku berani bilang “ah gampang uang segitu
mah, insyallah kita bisa bayar”.
Sedangkan Allah sendiri mengharamkan suap, dan melaknat
orang yang menerima dan memberi suap. Bagaimana aku bisa bilang “insyallah bisa
kita bayar uang segitu mah”. Disaat rizqi yang aku dapatkan juga datangnya dari
Allah dan rizqi terbuat dihabiskan untuk hal yang tidak disukainya ?.
Bagaimana aku bisa bilang “biar lebih gampang anter
sekolahnya”, dan aku harus menampik perintah Allah yang selama ini memudahkan
setiap urusanku.
Bagaima aku bisa begitu lancang, Lebih memilih bantuan
manusia yang Allah benci jalannya daripada berikhtiar dijalan yang benar ?
Aku siapa ?
Jadi akhirnya aku tolak karena Allah, Meskipun sebagai
manusia AKU INGIN SEKALI. Dan jujur, pertolongan manusia yang menurut Allah
salah tersebut sekarang ini malah dianggap wajar.
Suap menyuap itu wajar, berbalut kata “ uang terimakasih”.
Bukan Cuma soal bangku sekolah, semua bidang rasanya ada hal-hal seperti ini
dan memang dianggap wajar.
Sok agamis memang aku ini, siapa aku. Hijab juga kadang
masih jauh dari syariat. Sholat juga kadang masih suka malas. Ibadah yang lain
juga belum tentu benar, sok-soan bicara dan sok agamis.
Itu perkataan yang kuutarakan untuk diriku sendiri, cacian
untuk diriku sendiri. Tapi…aku Cuma punya satu kenyakinan. Kebaikan yang bisa
kulakukan hari ini akan kulakukan, tanpa perlu melihat siapa aku. Kalau aku
bisa memilih jalan yang benar, meskipun aku mahluk berdosa sekalipun akan aku
pilih.
Bisa jadi itu pilihan yang bisa membawaku ke jalan yang
lebih baik, insyallah.
Mungkin ini juga salah satu cobaan dari Allah atas rizqi
yang kami punya, Kalau Allah kasih kamu rizqi yang cukup ujianmu adalah soal
bagaimana kamu membelanjakannya.
Hari ini insyallah si kakak tes masuk sekolah di SD dekat
rumah, bukan yang kemarin ditawari. Semoga kakak lolos tes hari ini dengan cara
yang benar. Aamiin…
Semoga Hari ini , Allah juga memberikan keberkahan dan
kemudahan untuk kakak. Mudah-mudahan bisa diterima disekolah ini. Tapi kalaupun
tidak, Setidaknya kami sudah
berusaha yang terbaik.
Doakan ya moms.
0 Comments